Rabu, 21 Desember 2011

4 Appamanna / Brahma Vihara ( Keadaan tidak terbatas )

4 Appamanna atau Brahma Vihara terdiri dari:
A. Metta (cinta kasih)
B. Karuna (kasih sayang)
C. Mudita (belas kasihan)
D. Upekkha (hati seimbang)


A. Metta 


Menurut definisinya, Metta secara harafiah berarti “Rasa-Persahabatan” dan menunjukkan keadaan seorang sahabat ( Mittassa bhavo metta ). Itu berarti cinta kasih seperti persaudaraan, cinta kasih yang tidak terbatas, atau perasaan-perasaan bersahabat, bebas dari nafsu-nafsu kemelekatan. 

Metta mempunyai corak kemurahan hati, atau mendorong kemauan baik. Berfungsi terutama untuk kebaikan-kebaikan orang lain, dan perwujudannya adalah hati yang penuh cinta kasih dan menyingkirkan kebencian. Sebab terdekatnya adalah memandang orang lain sama dengan dirinya sendiri. Melenyapkan itikad jahat adalah penggunaannya. Mementingkan diri sendiri atau cinta dengan rasa ke-aku-an , atau cinta kasih disertai hawa nafsu adalah penyimpangannya. 

Apabila metta diterjemahkan dengan “Cinta”, itu harus dipahami dalam arti “Rasa-persahabatan”, karena cinta dalam arti yang umum adalah sama dengan istilah dalam bahasa Pali, “Raga”, juga bisa disamakan dengan kata “Lobha”, yang berarti nafsu atau nafsu kemelekatan yang jelas berlawanan dengan “Metta”. 

Kata lain yang dipakai di dalam kitab-kitab suci untuk mengungkapkan keadaan batin yang luhur, “Metta” ini ; adalah “Avyapada” atau, “Avyapada Sankhappa”, tanpa kebencian, pikiran persahabatan atau pikiran benar, atau pikiran ( Sankhappa ) yang bebas dari kemauan jahat. Pikiran ini berhubungan dengan yang pertama dari tiga aspek Samma-sankhappa, unsur kedua dari Ariya-Atthangika-Magga ( Jalan Mulia Beruas Delapan ). Dalam hubungan inilah, Metta membawa pada seluruh pengakhiran dari “Dosa” ( Kebencian ), atau keadaan batin yang cenderung pada permusuhan.

Metta adalah ungkapan positif dari “A-dosa”, atau tanpa kebencian, dan merupakan lawan dari kemarahan, atau permusuhan yang dengan cara lain tidak dapat diusir. Maka Dhammapada ( syair kelima ) mengatakan : 

" Kebencian tidak akan berakhir bila dibalas dengan kebencian. Kebencian akan berakhir bila dibalas dengan cinta kasih" 

2. Karuna 
Karuna artinya adalah “welas-asih”, yaitu perasaan-hati ( Anukampa ) yang cenderung untuk menghilangkan penderitaan makhluk-makhluk lain.

Karuna adalah kebajikan yang diperluas kepada makhluk-makhluk lain, mengharapkan agar mereka bertambah bahagia dengan melindungi mereka dari gangguan-gangguan.Coraknya adalah meringankan penderitaan dan kesengsaraan makhluk-makhluk lain, atau menahan kesakitan sendiri demi kebahagiaan mereka. Belas kasihan melihat penderitaan makhluk-makhluk lain adalah intisarinya. Perwujudannya adalah pikiran damai dan tidak mencelakakan. Menahan diri untuk tidak menyakiti adalah ekspresinya. Melihat tidak berdayanya mereka yang menderita adalah sebab terdekatnya. Menghilangkan kekejaman adalah penggunaannya, kegagalan adalah kekacauan atau menimbulkan rasa sedih.

Karuna berhubungan dengan “Avihimsa-sankhappa”, pikiran yang tanpa-kekerasan ( tidak-menyakiti ), yang merupakan aspekk dari pikiran benar ( Samma-sankhappa ) , salah satu unsure dari Ariya-Atthangika-Magga ( Jalan Ariya Beruas Delapan ), dan juga merupakan salah satu dari sifat-sifat dan pencapaian-pencapaian Agung ( Maha Karunasamapatti ) dari Sang Buddha.

3. Mudita
Mudita diterjemahkan dengan simpati, “Kegembiraan yang simpatik”, atau “Kegembiraan”.

Mudita mencakup kegembiraan atas kebahagiaan atau kesejahteraan orang-orang lain. Bebas dari iri hati adalah intisarinya. Perwujudannya adalah penghancuran rasa tidak senang, melihat kondisi kesejahteraan makhluk-makhluk lain adalah sebab dekatnya. Penggunaannya adalah pelenyapan iri hati. Keserakahannya adalah lawannya. 

4. Upekkha
Upekkha”, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai ‘keseimbangan-batin’ atau “Tenang”, berarti suatu keadaan batin yang diseimbangkan sehingga melalui keadaan itu seseorang mampu merenungkan segala sesuatu tanpa memihak dengan menempatkan diri di tengah-tengah, dan mempertahankan pikiran agar tidak terganggu oleh rasa senang atau benci, tidak terpengaruh oleh kegembiraan maupun kesedihan. 

Upekkha mempunyai corak tidak memihak, berat sebelah, dan intisarinya atau fungsinya memandang semua makhluk adalah sama. Lenyapnya rasa benci maupun kemelekatan adalah perwujudannya. Sebab terdekatnya adalah pencerapan tentang warisan Kamma. Karena semua makhluk terikat pada hukum kamma dan dengan pengaruhnya mereka menjadi bahagia atau tidak bahagia. Pelenyapannya, baik rasa tidak senang maupun rasa memihak adalah penggunaannya. Lawannya atau tidak timbulnya Upekkha adalah rasa kebengisan dan rasa acuh tak acuh yang bodoh.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar